• ***************************************************
  • Isi form berikut ini untuk memasarkan properti Anda

    Judul
    Alamat
    LT/LB (m2)
    Lebar Depan (m)
    Posisi/Letak
    Harga (Rp.)
    Spesifikasi Bangunan
    Keterangan Lain
    Foto/Gambar
    Email / No.Telp
    Image Verification
    Please enter the text from the image
    [ Refresh Image ] [ What's This? ]

    Sampah, Sebuah Ironi Kota

    Rabu, Februari 24, 2010 Pekanbaru Properti
    PADA suatu ketika, seorang warga Jakarta yang baru pertama kali menginjakkan kakinya di Pekanbaru terkagum dengan kebersihan kota ini. Ketika menyusuri Jalan Sudirman hingga Jalan Tuanku Tambusai kekagumannya semakin terpancar. Menurutnya, Pekanbaru termasuk kota yang bersih dibandingkan ibu kota Jakarta.

    Apa yang dirasakan warga Jakarta ini tentu saja sedikit membanggakan kita. Karena Pekanbaru dianggap sebagai kota yang bersih dan indah sehingga nyaman untuk ditinggali. Pujian terhadap kebersihan Pekanbaru tidak hanya datang dari warga tadi saja, sebuah majalah milik sebuah maskapai penerbangan juga pernah menulis artikel di majalah tersebut bahwa Pekanbaru disebutnya sebagai kota yang bersih dan rapi.

    Hari ini, pujian itu mungkin patut kita pertanyakan. Ini tidak lepas dari makin tak tertanganinya persoalan sampah secara baik. Lihat saja akhir-akhir ini ketika ada pemandangan tak mengenakkan yang terlihat di sejumlah sudut Pekanbaru. Sampah menumpuk tanpa ada yang memungut. Saking lamanya menumpuk sampah itu sudah mengeluarkan aroma busuk. Bau ini tentu saja sangat mengganggu bagi warga yang melewatinya.

    Tumpukan sampah yang paling banyak terlihat sepanjang Jalan HR Soebrantas, Panam, Pekanbaru. Di sejumlah titik terlihat sampah yang menggunung, misalnya di depan kantor pemancar RRI Panam, di depan Jalan Manyar Sakti, depan jalan ke Perumahan Marsan Indah serta beberapa pusat pertokoan dan pemukiman warga di sekitar Jalan HR Soebrantas.

    Persoalan sampah di Pekanbaru menjadi sebuah ironi. Ketika kota ini berbangga diri pernah berkali-kali meraih Piala Adipura yang menjadi simbol kota bersih, pemerintah kota ini ternyata tak bisa mengatasi persoalan sampah. Ironi lainnya adalah pemerintah kota hanya menyediakan tong sampah di sisi Jalan Sudirman. Padahal sebagian besar penduduk kota ini tidak berdomisili di kawasan ini.

    Di hari-hari mendatang kita hanya bisa berharap adanya kepedulian lebih dari pihak terkait dalam mengelola sampah. Mungkin kurang tepat jika hari libur dijadikan alasan untuk libur membersihkan jalan-jalan kota dari sampah. Karena warga kota ini tentu saja tidak pernah libur ‘’memproduksi’’ sampah dari aktivitas rumah tangganya.


    0 komentar: Sampah, Sebuah Ironi Kota

    Posting Komentar